PROSES PERKEMBANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJAR

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
PROSES PERKEMBANGAN DAN HUBUNGANNYA
DENGAN PROSES BELAJAR
DOSEN : Muhammad Sangap Siregar S.Pd., MA.
Kelas 4D
Disusun Oleh:
Desy Putri Pramadani
Rizki Indri Astuti
Rizki Indri Astuti
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
karya ilmiah ini dengan judul “PROSES PERKEMBANGAN
DAN HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJAR”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Kemudian tak lupa kami ucapkan kepada Bapak Muhammad Sangap
Siregar S.Pd., MA. yang telah membimbing
kami. Walaupun demikian, dalam menyelesaikan makalah ini, kami menghadapi
kendala tetapi atas bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, bak pepatah tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca agar tugas
ini menjadi lebih sempurna. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Pekanbaru , 19 Februari 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Belajar
merupakan suatu aktifitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi
aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan dalam diri seorang anak, baik dalam
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu relatif konstan dan
terbatas. Perumusan itu berlaku bagi segala macam kegiatan belajar dan tidak
terbatas pada salah satu bentuk tertentu. Setiap kegiatan belajar akan
menghasilkan suatu perubahan pada anak. Terjadinya perubahan tersebut karena
adanya pertumbuhan dan perkembangan.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
masalah yang telah kami rumuskan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan perkembangan dan faktor apa
saja yang dapat mempengaruhinya?
2.
Ada berapakah macam-maacam perkembangan psiko-fisik
pada siswa?
3.
Apa yang di maksud hukum dalam perkembangan?
4.
Apa arti penting perkembangan kognitif bagi siswa?
1.3 Tujuan
Masalah
Adapun tujuan dalam pembuatan
makalah ini adalah untuk mengetahui :
1.
Perkembangan dan faktor yang dapat mempengaruhinya.
2.
Perkembangan psiko-fisik pada siswa
3.
Hukum dalam perkembangan.
4.
Penting perkembangan kognitif bagi siswa.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Perkembangan dan
Faktor yang Mempengaruhinya
2.1.1 Definisi Perkembangan
Perkembangan (development) adalah proses atau
tahapan pertumbuhan kearah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan
sesuatau dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat
berarti sebuah tahapan perkembangan (a
stage of development ) (McLeod, 1989).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), “perkembangan” adalah
perihal berkembang. Selanjutnya, kata “berkembang” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ini
berarti terbuka atau membentang menjadi
besar, luas, dan banyak, serta menjadi bertambah
sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya.
Dengan demikian, kata “berkembang” tidak saja meliputi aspek yang bersifat
abstrak seperti pikiran dan pengetahuan tetapi juga meliputi aspek yang
bersifat konkret.
Dalam Dictionary of Psychology (1972) dan The Penguin Dictionary of Psychology (1988) arti perkembangan
pada prinsipnya adalah tahapan – tahapan perubahan yang progresif yang terjadi
dalam rentang kehidupan manusia dan organism lainnya, tanpa membedakan aspek –
aspek yang terdapat dalam diri organisme – organisme tersebut.
Selanjutnya, Dictionary of Psychology di atas secara lebih luas merinci
pengertian perkembangan manusia sebagai berikut.
1.
The progressive and
continous change in the organism birth to death, perkembangan itu merupakan
perubahan yang progresif dan terus – menerus dalam diri organisme sejak lahir
hingga mati.
2.
Growth,
perkembangan itu berarti perubahan.
3.
Change in the shape and
integration of bodily parts into functional parts,
perkembangan berarti perubahan dalam bentuk dan penyatuan bagian-bagian yang
bersifat jasmaniah di dalam bagian – bagian yang fungsional.
4.
Maturation or the
appearance of fundamental pattern of unlearned behavior, perkembangan
itu adalah kematangan atau kemunculan pola – pola dasar tingkah laku yang bukan
hasil belajar.
Berdasarkan uraian di atas, penyusun
menyimpulkan bahwa perkembangan adalah rentetan perubahan jasmani dan rohani
manusia menuju kearah yang lebih maju dan sempurna. Pertumbuhan berarti
perubahan kuantitatif yang mengacu pada jumlah. Dengan kata lain, pertumbuhan
berarti kenaikan dan penambahan ukuran yang berangsur – angsur seperti badan
yang menjadi besar dan tegap, juga kaki dan tangan yang semakin panjang.
2.1.2
Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan
Untuk lebih jelasnya, berikut ini
penyusun paparkan aliran – aliran yang berhubungan dengan faktor – faktor yang
mempengaruhi perkembangan siswa.
1.
Aliran Nativisme
Para ahli
menganut aliran ini berkenyakinan bahwa perkembangan manusia itu di tentukan
oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa –
apa. Sebagai contoh, jika sepasang orang tua ahli musik, maka anak – anak yang
mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimau pun akan melahirkan harimau,
tak akan pernah melahirkan domba. Jadi pembawaan dan bakat orangtua selalu
berpengaruh mutlak terhadap perkembangan anak –anaknya.
2. Aliran Empirisisme
Doktrin
aliran empirisime yang amat mahsyur adalah “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa
latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin
tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan
dalam arti perkembangan manusia itu semata – mata bergantung pada lingkungan
dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir
dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini, para penganut empirisime
menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak
punya kemampuan dan bakat apa – apa.
Jika seorang
siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari ilmu politik, tentu
kelak ia akan menjadi seorang politisi. Karena ia memilki pengalaman belajar
dibidang politik, ia tak akan pernah menjadi pemusik, walaupun orang tuanya
seorang pemusik sejati. Memang amat sukar dipungkiri bahwa lingkungan memiliki
pengaruh yang besar terhadap proses perkembangan dan masa depan siswa.
Dalam hal ini, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar telah
terbukti menentukan tinggi rendahnya mutu prilaku dan masa depan siswa.
3. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi
(convergence) merupakan
gabungan antara aliran empirisime dengan aliran nativisme. Aliran ini
menggabungkan arti penting hereditas ( pembawaan ) dengan lingkuanga sebagai
faktor – faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Faktor pembawaan
tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya,
faktor pengalaman tanpa faktor pembawaan tak akan mampu mengembangkan manusia
yang sesuai dengan harapan.
Sebagai
contoh. Seorang anak yang normal pasti memiliki bakat untuk berdiri tegak
diatas kedua kakinya. Tetapi apabila anak tersebut tidak hidup dilingkungan
masyarakat manusia, misalnya kalau dia dibuang ke tengah hutan belantara
tinggal bersama hewan, maka bakat yang ia miliki secara turun-temurun dari
orangtuanya itu, akan sulit diwujudkan. Jika anak tersebut diasuh oleh
sekelompok serigala, tentu ia akan berjalan diatas kedua tangan dan kakinya.
Dia akan merangkak seperti serigala pula. Jadi, bakat dan pembawaan dalam hal
ini jelas tidak ada pengaruhnya apabila lingkuangan atau pengalaman tidak
mengembangkannya.
Faktor yang
mempengaruhi tinggi-rendahnya mutu hasil perkembangan siswa pada dasarnya
terdiri atas dua macam.
1. Faktor
Intern, yaitu yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan
potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
2. Faktor
Eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang meliputi
lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut
dengan lingkungan.
2.1.3
Perkembangan Psiko-Fisik
Siswa
a.
Perkembangan Fisik (Motor)
Siswa
Perkembangan fisik ditunjukkan
dengan adanya perubahan kuatitatif pada struktur tulang –belulang, indeks
tinggi dan berat badan.
1.
Tulang – belulang pada masa bayi berjumlah 27 yang
masih lentur, berpori dan persambungannya longgar ; pada awal masa remaja
menjadi 350 ( proses diferensiasi fungsi) dan pada masa usia menjelang dewasa
menjadi 200 integrasi, persenyawaan dan pergeseran ( Crow & Crow 1956 : 36
).
2.
Berat badan tinggi badan pada waktu lahir umumnya sekitar
3 – 4 Kg dan 0 – 60 Cm, masa kanak-kanak sekitar 12 – 1 Kg dan 90 – 120 Cm,
pada awal masa remaja sekitar 30 – 40 Kg dan 140 – 160 Cm, selanjutnya
kepesatan berubahan berkurang, bahkan menjadi mapan.
b.
Perkembangan Bahasa Siswa
Kemampuan berbahasalah yang
membedakan manusia dengan hewan. Dengan bahasanyalah manusia.
1.
Mengkodifikasikan,
mencatat, dan menyimpan berbagai
hasil pengalaman pengamatan observasinya berupa kesan dan tanggapan (persepsi),
informasi, fakta, dan data, konsep atau pengertian (concept and ideas), dalil atau kaidah atau hokum (principles) sampai kepada bentuk ilmu
pengetahuan.
2.
Mentransformasikan dan mengolah bervagai bentuk informasu
tersebut diatas melalui proses berfikir dan dengan mempergunakan kaidah-kaidah
logika.
3.
Mengkoordinasikan dan mengekspresikan cita-cita, sikap,
penilaian dan penghayatan.
4.
Mengkomunikasikan (menyimpan
dan menerima) berbagi informasi, buah pikiran, opini, sikap, penilaian,
aspirasi, kehendak, dan rencana kepada orang lain.
c.
Perkembangan Kognitif Siswa
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang berarti mengetahui.
Dalam arti luas cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan. Seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognotif dan
psikologi anak, Jean Piaget yang mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak
menjadi empat tahapan yaitu :
Tabel 1. Tahapan Perkembangan Kognitif Anak
No
|
Tahap Perkemabangan Kognitif
|
Usia
Perkembangan Kognitif
|
1
|
Sensory-motor (Sensori-motor)
|
0 sampai 2 tahun
|
2
|
Preoperational (Preoperasional)
|
2 sampai 7 tahun
|
3
|
Concrete-operational (Konkret
operasional)
|
7 sampai 11 tahun
|
4.
|
Formal-operational (Formal
Operasional)
|
11 sampai 15 tahun
|
d.
Perkembangan Prilaku Sosial,
Moralitas, dan Keagamaan
1. Perkembangan
Prilaku Sosial
Secara potensial
(fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk social (zoon politicon), kata
Plato.
2. Perkembangan
Moralitas
Secara
individu menyadari bahwa ia merupakan bagian anggota dari kelompoknya, secepat
itu pula individu menyadari bahwa terdapat aturan-aturan prilaku yang boleh,
harus atau terlarang melakukannya. Proses penyadaran tersebut berangsur tumbuh
melalui interaksi dengan lingkungannya dimana ia mungkin mendapat larangan, suruhan,
pembenaran atau persetujuan, kecaman atau celaan, atau merasakan akibat-akibat
tertentu yang mungkin menyenangkan atau memuaskan mungkin pula mengecewakan
dari perbuatan-perbuatan yang dilakukannya.
3. Perkembangan
Penghayatan Keagamaan
Dengan
kehalusan perasaan (fungsi – fungsi efektifnya disertai kejernihan akal budi
(fungsi – fungsi konatif)- nya, pada saat tertentu, seseorang setidak –
tidaknya pasti mengalami, mempercayai, bahkan menyakini dan menerimanya tanpa
keraguan ( mungkin pula masih dengan keraguan), bahwa diluar dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha agung yang
melebihi apa pun termasuk dirinya.
2.1.4
Hukum Perkembangan
Pengertian hukum dalam perkembangan
sudah tentu berbeda dengan hukum dalam dunia peradilan atau peraturan
konstitusional. Hukum dalam pembahasan ini berarti kaidah atau patokan mengenai
terjadinya peristiwa tertentu.secara spesifik,hukum perkembangan dapat
diartikan sebagai “kaidah atau patokan yang menyatakan kesamaan sifat dan
hakikat dalam perkembangan”. Dapat juga dikatakan, hukum perkembangan adalah
patokan generalisasi, mengenai sebab dan akibat terjadinya peristiwa
perkembangan dalam diri manusia.
1.
Hukum Konvergensi
Perkembangan
manusia pada dasarnya tida hanya di pengaruhi oleh factor pembawaan sejak
lahir, tetapi juga oleh lingkungan pendidikan. Hal ini berarti masa depan
kehidupan manusia, tak terkecuali para siswa, bergantung pada potensi pembawaan
yang mereka warisi dari orangtua pada proses pematangan, dan pada proses
pendidikan yang mereka alami. Seberapa jauh perbedaan pengaruh antara pembawaan
dengan lingkungan, bergantung pada besar kecilnya efek lingkungan yang di alami
siswa.
2.
Hukum Perkembangan Dan
Pengembangan Diri
Pada anak
balita, wujud pertahanan diri itu berupa tangisan ketika lapar, atau teriakan
yang disertai pelemparan batu ketika mendapat gangguan hewan atau orang yang
ada disekelilingnya. Dari usaha mempertahankan diri ini, berlanjut menjadi
usaha untuk mengembangkan diri. Naluri pengembangan diri pada anak, antara lain
memanifestasikan dalam bentuk bermain untuk mengetahui yang ada di
sekelilingnya. Selanjutnya, pada anak –anak biasanya tampak keingintahuannya
terhadap sesuatu itu berkali – kali. Alhasil, manusia berkembang karena adanya
insting atau naluri pembawaan sejak lahir yang menuntutnya untuk bertahan dan
mengembangkan diri di muka bumi ini.
3.
Hukum Masa Peka
Peka artinya
mudah terangsang atau mudah menerima stimulus. Masa peka adalah masa yang tepat
yang terdapat pada diri anak untuk mengermbangkan fungsi-fungsi tertentu,
seperti fungsi mulut untuk berbicara dan membaca, fungsi tangan untuk menulis,
dan sebagainya. Masa “ mudah dirangsang “ ini sangat menentukan cepat dan
lambatnya siswa dalam menerima pelajaran. Artinya, jika seorang siswa belum
sampai pada masa pekanya untuk mempelajari suatu materi pelajaran, materi
pelajaran tersebut akan sangat sulit diserap dan diolah oleh system memorinya.
4.
Hukum Keperluan Belajar
Keperluan
belajar bagi proses perkembangan, terutama perkembangan fungsi-fungsi psikis
tak dapat kita ingkari, meskipun kebanyakan ahli tidak menyebutnya secara
eksplisit. Bahkan, kemampuan berjalan yang secara lahiriah dapat diperkirakan
akan muncul dengan sendirinya ternyata masih juga memerlukan belajar, meskipun
sekedar mengfungsikan organ kaki anak yang sebenarnya berpotensi untuk bias
berjalan sendiri itu.
5.
Hukum Kesatuan Anggota Badan
Proses
perkembangan fungsi-fungsi organ jasmaniah tidak terjadi tanpa diiringi proses
perkrmbangan fungsi-fungsi rohaniah. Dengan demikian suatu tahapan perkembangan
tidak terlepas dari tahapan perkembangan lainnya. Jadi, perkembangan panca
indera misalnya, tidak terlepas dari perkembangan kemampuan mendengar, melihat,
berbicara, dan merasa. Selanjutnya kemampuan-kemampuan ini juga tidak terlepas
dari perkembangan berpikir, bersikap, dan berperasaan.
6.
Hukum Tempo Perkembangan
Lambat atau
cepatnya proses perkembangan seseorang tidak sama dengan orang lain. Dengan
kata lain, setiap orang memiliki tempo perkembangan masing-masing. Tempo-tempo
perkembangan manusia umunya terbagi dalam kategori : cepat, sedang, dan lambat.
Tempo perkembangan yang terlalu cepat atau terlalu lambvat biasanya menjukkan
kelainan yang relative sangat jarang terjadi.
7.
Hukum Irama Perkembangan
Disamping
ada tempo, didalam perkembangan juga dikenal adanya irama atau naik-turunnya
proses perkemabangan. Artinya, perkembangan manusia itu tidak tetap, terkadang
naik terkadang turun. Pada suatu saat seorang anak mengalami perkembangan yangh
tenang, sedangkan pada saat lain ia mengalami perkembangan yang menggoncangkan.
8.
Hukum Rekapitulasi
Hukum ini
berasal dari teori rekapitulasi (recapitulation
theory) yang berisi doktrin yang mengatakan bahwa perkembangan proses
perkembangan individu manusia adalah sebuah mikrokosmik (dunia kehidupan kecil)
yang mencerminkan evolusi kehidupan jenis makhluk hidup dari tingkat yang
paling sederhana ke tingkat yang paling kompleks. Ada dua aspek yang
digambarkan oleh teori ini, yakni aspek psikis dan aspek fisik (Reber, 1988).
2.1.5
Arti Penting
Perkembangan Kognitif Bagi Proses Belajar Siswa
Ranah psikologis siswa yang
terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak
ini, dalam perspektif psikologi kognitif adalah sumber sekaligus pengendali
ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif, dan ranah psikomotor. Tanpa
ranah kognitif, sulit dibayangkan seorang siswa dapat berikir. Selanjutnya,
tanpa kemampuan berfikir mustahil siswa tersebut dapat memahami da meyakini
faidah materi-materi yang disajikan kepadanya. Tanpa berfikir pula sulit bagi
siswa untuk menangkap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi
pelajaranyang ia ikuti, termasuk pelajaran agama. Sedangkan fungsi afektif dan
psikomotor seorang siswa dipandang sebagai buah-buah keberhasilan ataukegagalan
perkembangan dan aktifitas fungsi kognitif.
A. Faidah Pengembangan Ranah Kognitif Siswa
1.
Mengembangkan Kecakapan Kognitif
Upaya pengembangan fungsi ranah
kognitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap ranah kognitif sendiri,
melainkan juga terhadap ranah afektif dan psiko-motor. Sekurang-kurangnya ada dua
macam kecakapan kognitif siswa yang sangat perlu dikembangkan khususnya oleh
guru yakni :
a.
Strategi belajar memahami isi materi pelajaran
b.
Strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran
dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi
pelajaran tersebut. Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini, siswa
sulit diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan psikomotornya sendiri.
2.
Mengembangkan Kecakapan Afektif
Keberhasilan
pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan mnghasilkan kecakapan kognitif,
tetapi juga mnghasilkan kecakapan ranah afektif.
3.
Mengembangkan Kecakapan Psikomotor
Kecakapan
psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati baik
kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka. Namun di samping
kecakapan psikomotor itu tidak terlepas dari kecakapan kognitif ia juga banyak
terikat oleh kecakapan afektif. Jadi, kecakapan psikomotor siswa merupakan
manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Perkembangan adalah rentetan
perubahan jasmani dan rohani manusia menuju kearah yang lebih maju dan
sempurna. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan adalah:
ü Faktor
Intern, yaitu yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan
potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
ü Faktor
Eksternal, yaitu hal-hal yang dating atau ada diluar diri siswa yang meliputi
lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan
lingkungan.
Kemudia didalam makalah juga telah
disimpulkan bahawa Perkembangan Psiko-Fisik Siswa meliputi perkembangan pisik, perkembangan
bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan prilaku sosial, moralitas, dan
keagamaan. Serta adapula hukum dalam pembahasan ini berarti kaidah atau patokan
mengenai terjadinya peristiwa tertentu, seperti hukum konvergensi, hukum
perkembangan dan pengembangan diri, hukum masa peka, hukum keperluan belajar, hukum
kesatuan anggota badan, hukum tempo perkembangan, hukum irama perkembangan, hukum
rekapitulasi. Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif.
Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikologi
kognitif adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni
ranah afektif, dan ranah psikomotor.
3.2
Saran
Fenomena yang terjadi sehari-hari tentang macam
sifat anak-anak peserta didik yang beraneka ragam, maka dari itu mengingat
petingnya mata kuliah ini diharapkan para pendidik harus bisa mempelajari sifat-sifat
anak didik mereka, dan memantau perkembangan sejauh mana anak didiknya belajar
di dalam kelas.
Komentar
Posting Komentar